- Pendahuluan
Bahasa
dapat mengacu kepada kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk
memperoleh dan menggunakan sistem
komunikasi yang kompleks, atau kepada sebuah instansi spesifik dari
sebuah sistem
komunikasi yang kompleks. Kajian ilmiah terhadap bahasa dalam bahasa
indra disebut dengan linguistik.
- Pengertian Bahasa
Secara
etimologi, istilah bahasa berasal dari bahasa Latin lingua.
Dalam bahasa Itali “bahasa” disebut linguaggio
dan
lingua,
bahasa Perancis menyebut “bahasa” sebagai langage
dan
langue,
dalam bahasa Spanyol “bahasa” disebut dengan lengua
dan
disebut dengan language
dalam
bahasa Inggris.
Penyebutan
“bahasa” terdiri dari dua konsep utama dalam kajian lingustik
yaitu penyebutan bahasa secara umum (bersifat koloquel) seperti
langage
(bahasa
Prancis), linguaggio
(bahasa
Itali) dan juga penyebutan bahasa pada bahasa tertentu atau suatu
sistem linguistik tertentu seperti langue
(dalam
bahasa Prancis), lingua
(bahasa
Itali) dan lengua
(bahasa
Spanyol). Akan tetapi, language
dalam bahasa Inggris dapat digunakan untuk menamakan bahasa secara
umum atau digunakan untuk menyebut satu bahasa tertentu, demikian
halnya dengan istilah “bahasa” dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan
pengertian terminologis dari bahasa itu sendiri telah banyak
didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:
- Saphir (1921) dalam Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa adalah “a purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotion and desire by means of voluntarily produced symbol”. Saphir menyebutkan lima butir terpenting dalam definisi “bahasa” yaitu: manusiawi, dipelajari, memilki sistem, arbitrer dan bersimbol.
- Hall mengungkapkan bahwa bahasa merupakan suatu institusi dalam pengertian alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar umat manusia.
- Wardhough menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambangbunyi yang arbitrer yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
- Hasan Lubis (1988) menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang-lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk menyampaikan fikiran dan perasaannya dengan bunyi-bunyi.
- Kridalaksana (2008) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
- Caroll (1959) beranggapan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berstruktur mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.i
- Bloch dan Trager (1942) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.ii
- Hakikat Bahasa
Pakar
linguistik telah merumuskan banyak hal tentang hakikat bahasa.
rumusan-rumusan tersebut jika dibutirkan akan menghasilkan sejumlah
ciri atau sifat yang merupakan hakikat bahasa. Sifat-sifat tersebut
pula yang telah didefinisikan oleh pakar-pakar linguistik diatas
dalam menemukan pelbagai sifat-sifat bahasa.
Sifat-sifat
tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Chaer (2007) antara lain:
(1) Bahasa adalah sebuah sistem, (2) Bahasa itu berwujud lambang, (3)
Bahasa itu berupa bunyi, (4) Bahasa itu bersifat arbitrer, (5) Bahasa
itu bermakna, (6) Bahasa itu bersifat konvensional, (7) Bahasa itu
bersifat unik, (8) Bahasa itu bervariasi, (9) Bahasa itu bersifat
produktif, (10) Bahasa itu bervariasi, (11) Bahasa itu bersifat
dinamis, (12) Bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial,
(13) Bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Begitu pula yang
dipaparkan oleh Chaeda Alwasilah (1993) yang secara sederhana lagi
menyebutkan hakikat bahasa itu antara lain: (1) Bahasa itu
sistematik, (2) Bahasa itu manasuka “arbitrer”, (3) Bahasa itu
ucapan/vokal, (4) Bahasa itu simbol atau lambang, (5) Bahasa itu
mengacu pada dirinya sendiri, (6) Bahasa itu manusiawi dan (7) Bahasa
itu komunikasi. Kemudian masih banyak lagi paparan-paparan linguis
tentang hakikat bahasa yang tentu tidak dapat disebutkan satu persatu
dalam tulisan ini.
Dari beberapa
keterangan yang diambil dari berbagai sumber, maka penulis akan
menjelaskan tentang hakikat bahasa tersebut secara sederhana dan
hal-hal yang akan dijelaskan kemudian merupakan beberapa dari poin
inti dari hakikat bahasa. Berikut paparan dari sifat-sifat tersebut
secara rinci:
- Bahasa Sebagai Sistem
Sistem sangat
identik dengan pengertian cara
atau aturan.
Sistem juga berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh
sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya yang
berhubungan secara fungsional.
Begitupun dengan
bahasa, sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki komponen-komponen dan
aturan-aturan. Dalam pengertian ini, bahasa memiliki dua aspek
penting yaitu unsur-unsur dan hubungan-hubungan yang dirajut oleh
unsur-unsur tersebut. Satuan-satuan bahasa tersebut selalu terkait
satu dengan yang lain sehingga membentuk kepaduan yang erat dan
saling mendukung.iii
Pyles dan algeo
(1993) menyebutkan bahwa terdapat dua tingkatan dalam sistem bahasa
yang mereka sebut sebagai duality
of patterning
yang jika diterjemahkan menjadi kaidah
ganda sistem bahasa.
Kedua tingkatan ini mencakup komponen makna dan bentuk. Komponen
bentuk yang berupa bunyi dipelajari oleh cabang linguistik yaitu
fonetik atau fonologi sedangkan komponen makna ditelaah oleh semantik
dan tata bahasa.iv
Lebih jauh, Chaer
(2007) menjelaskan, sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus
bersifat sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun
menurut suatu pola dan tidak tersusun secara acak atau secara
sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan
sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub sitem atau sistem
bawaan. Dapat disebutkan sistem bawaan tersebut antara lain:
subsistem fonologi, morfologi, sintaksis dan subsistem semantik.v
Dalam linguistik,
terutama subsistem fonologi, morfologi dan sintaksis tersusun secara
hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak dibawah subsistem
yang lain, lalu subsistem yang lain tersebut terletak pula dibawah
subsistem lainnya. Selanjutnya, ketiga subsistem tersebut- pun
terkait dengan subsistem semantik.vi
Dengan kata lain,
bahasa sebagai sistem merupakan kerjasama antara subsistem yang lain
dengan subsistem lainnya yang terjalin dan membentuk bahasa.
- Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang
sering dipadankan dengan kata simbol yang diartikan dengan pengertian
yang sama. Lebih rinci, Chaedar Alwasilah (1993) menjelaskan bahwa
lambang atau simbol mengacu pada suatu obyek dan hubungan antara
simbol dan obyek itu bersifat manasuka. Lambang dapat dibuat dari
bahasa apa saja, ia bisa terbuat hari suatu benda seperti piramid
yang melambangkan keagungan, atau dari kain seperti warna putih atau
hitam atau juga dalam bentuk ujaran.
Lambang dengan
segala seluk beluknya dikaji dalam kegiatan ilmiah dalam satu bidang
kajian yang disebut dengan ilmu
semiotika
atau semiologi,
yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang terdapat didalam
kehidupan manusia termasuk bahasa.vii
Dalam
kehidupannya, manusia selalu menggunakan lambang. Oleh karena itu,
Earns Cassirer menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol
(animal
symbolicum).viii
Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari lambang, termasuk
alat komunikasi verbal yang disebut dengan bahasa.ix
Jika ide atau
konsep keadilan
sosial
dilambangkan dengan gambar padi
dan kapas,
maka wujud bahasa dilambangkan dalam bentuk bunyi yang berupa
satuan-satuan bahasa seperti kata atau gabungan kata. Mengapa kata
disebut sebagai lambang dalam satuan bahasa? sekali lagi, karena
lambang bersifat manasuka, yaitu tidak adanya hubungan langsung yang
bersifat wajib antara lambang dan dengan yang dilambangkannya.
- Bahasa Itu Berupa Bunyi
Bahasa adalah
bunyi, maka sepenuhnya dapat dikatakan bahwa bahasa adalah sistem
lambang bunyi. Yaitu, sistem bahasa itu adalah berupa lambang yang
wujudnya berupa bunyi.x
Kemudian, yang
perlu dipertegas disini adalah tentang bunyi itu sendiri menurut
pandangan bahasa, apakah itu bunyi seperti yang dikenal secara umum?
Apakah semua bunyi disebut bahasa? dan lain sebagainya. Bunyi yang
dimaksud dalam bahasa disebut juga denga “speech
sound”
adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang
didalam fonetik diamati sebagai “fon” dan didalam fonemik sebagai
“fonem” yang keduanya dibahas dalam bidang lingusitik.
- Bahasa Itu Bersifat Arbitrer
Arbitrary
berarti selected
at random and without reason, dipilih
secara acak dan tanpa alasan. Ringkasnya, manasuka atau seenaknya,
asal bunyi, tidak ada hubungan logis antara kata-kata sebagi simbol
atau lambang dengan yang dilambangkannya.xi
Atau, dengan bahasa lain, Chaer (2007) menjelaskan tentang apa yang
dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut.
Contoh pengertian
arbitrer tersebut dapat kita lihat sehari-hari dalam kehidupan kita,
hal tersebut terbukti antra rangkaian bunyi-bunyi dengan makna yang
dikandungnya. Mengapa bahan bakar sepeda motor disebut dengan bensin
tidak
kecap,
binatang tertentu di Indonesia disebut kuda,
di Inggris horse,
di Arab faras
dan akan terus berbeda diwilayah-wilayah lain tentang penyebutannya.
Itulah yang
disebut dengan arbitrer atau manasuka yang tidak akan bisa ditemukan
alsan penyebutannya yang berbeda-beda dikarenakan sifat
ke-arbitreran-nya. Andaikata bahasa itu tidak arbitrer, sudah barang
tentu dapat kita pastikan bahwa sebutan untuk kuda
hanya
akan ada satu kata dalam bahasa manusia, tidak ada lagi penyebutan
kuda,
horse, faras
dan lain sebagainya, hanya akan ada satu penyebutan.
- Bahasa Itu Bermakna
Bahasa, sebagai
sistem lambang yang berwujud bunyi sudah pasti melambangkan suatu
pengertian tertentu. Maka, yang dilambangkan itu adalah suatu
pengertian, suatu konsep, suatu ide atau suatu pikiran yang ingin
disampaikan dalam wujud bunyi tersebut. Karena lambang –lambang itu
mengacu pada suatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan
bahwa bahasa itu memiliki makna.xii
Contohnya adalah
lambang bahasa yang berwujud bunyi “kuda”; lambang ini mengacu
pada konsep “sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai”,
kemudian konsep tersebut dihubungkan dengan benda yang ada didalam
dunia nyata. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa “kuda”
merupakan lambang bunyi, “sejenis binatang berkaki empat yang dapat
dikendarai” merupakan konsep dan “kuda” yang ada didalam dunia
nyata merupakan wujud dari lambang bunyi tersebut.
- Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan
antara lambang bunyi dan yang dilambangkannya bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu
bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa
harus mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk
mewakili konsep yang diwakilinya.xiii
Contohnya adalah,
adanya kesepakatan dalam masyarakat bahasa Indonesia untuk menyebut
suatu benda beroda dua yang dapat dikendarai dengan dikayuh, yang
secara arbitrer dilambangkan dengan bunyi “sepeda”, maka anggota
masyarakat bahasa Indonesia “seluruhnya” harus mematuhinya. Jika
tidak diapatuhi dan kemudian diganti dengan dengan lambang lain, maka
komunikasi antar masyarakat akan terhambat.
Oleh karena itu,
jika ke-arbitreran bahasa terletak pada antara lambang-lambang bunyi
dengan konsep yang dilambangkannya, maka ke-konvensionalan bahasa
terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan
lambang-lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkan.xiv
- Bahasa Itu Dinamis
Bahasa adalah
satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia, sepanjang keberadaan manusia itu sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.xv
Karena keterkaitan
dan keterikatan manusia dengan bahasa, dan kehidupan manusiapun akan
terus berubah dan tidak tetap, maka bahasa-pun menjadi ikut berubah,
menjadi tidak tetap, tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut
dinamis.xvi
Perubahan bahasa
dapat terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik maupun leksikon. Namun perubahan yang paling
terlihat dan paling sering terjadi adalah pada tataran leksikon dan
semantik. Hampir setiap saat terdapat kata-kata baru muncul sebagai
akibat dari perubahan budaya dan ilmu, atau terdapat kata-kata lama
muncul dengan makna baru.
Dengan terjadinya
perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu secara
otomatis akan bermunculan konsep-konsep baru yang tentunya disertai
wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Kalau-pun kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya,
maka manusia sendiri yang akan meciptakan istilahnya.xvii
- Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa yang
digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat
bahasa, dan adapun yang masuk dalam satu masyarakat bahasa adalah
mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, jika disebut
masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki
dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat
sunda adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa
sunda dan seterusnya. Jadi, dapat ditarik sedikit konklusi bahwa
banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota
masyarakat bahasa, karena disamping dia sebagai orang Indonesia, dia
juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.xviii
Anggota mayarakat
suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai
status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama,
baik dari segi pendidikan, profesi, usia dan lain-lain. Oleh karena
latar belakang dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa yang
digunakan beragam atau bervariasi, dimana antara variasi atau ragam
yang satu dengan yang lain seringkali memiliki perbedaan yang besar.
Mengenai variasi
bahasa, terdapat tiga istilah yang dipandang perlu untuk diketahui,
yaitu idiolek, dialek dan ragam.xix
Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Artinya setiap orang memiliki ciri khas bahasa masing-masing,
contohnya adalah bahasa-bahasa penulis seperti Hamka, Andrea Hirata
dan lain-lain yang tentu berbeda satu sama lain.
Dialek adalah
variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu. Contohnya adalah dialek Banyumas,
dialek Surabaya, bahasa Indonesia zaman Balai Pustaka dan sebagainya.
Adapun ragam atau
ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi,
keadaan atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal,
digunakan ragam bahasa yang disebu dengan ragam baku, untuk situasi
yang tidak formal, digunakan ragam yang tidak baku. Begitu pula dapat
dilihat dari sisi sarana, terdapat ragam tulisan dan lisan dan masih
banyak lagi ragam-ragam lainnya.
- Bahasa Itu Manusiawi
Bahasa itu
manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah dipaparkan
sebelumnya adalah suatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia.
Ringkasnya bahwa manusia-lah yang berbahasa sedangkan hewan-hewan
lain tidak berbahasa.xx
Keistimewaan
bahasa menusia akan semakin terasa jika dibandingkan dengan
komunikasi binatang misalnya. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah
evolusi manusia dan evolusi bahasanya, ahli-ahli biologi-pun
membuktikan bahwa sistem komunikasi binatang itu sama sekali tidak
mengenal ciri ganda bahasa manusia yaitu sistem bunyi dan makna
(duality
feature).xxi
Sering didengar
dalam literatur-literatur yang mengatakan bahwa manusia itu homo
loquens
(the
speaking animal),
hewan yang memiliki kemampuan berbahasa. Jika manusia itu hewan yang
berbahasa sedangkan bahasa adalah seperangkat kalimat-kalimat yang
lazim, sedangkan kalimat lazim dibedakan dari yang tidak lazim dari
tata bahasa, maka kesimpulan tentang manusia itu adalah homo
grammaticus,
yakni hewan
yang bertata bahasa.xxii
Demikianlah paparan
sederhana tentang “hakikat
bahasa”
dari beberapa sumber dan referensi, semoga bermanfat. Salam.
Refensi
Alwasilah,
A. Chaedar. 1993. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik
Umum.
Jakarta: Rineka cipta.
__________,
Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik;
Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Machayal,
Rohali. 2000. Pedoman
Bagi Penerjemah. Jakarta:
Grasindo.
Muhammad.
2004. Belajar Mikro
Linguistik.
Yogyakarta: Liebe Book Press.
Sibarani,
Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar