A.
Pendahuluan
Awal-awal masa kuliah, terutama bidang linguistik yang saya ambil,
saya disuguhkan dengan pertanyaan menarik tentang bahasa. Dalam kelas, para
mahasiswa diberikan pertanyaan-pertanyaan pembuka tentang apa itu bahasa?
Hakikatnya? Fungsinya? dan lain sebagainya sebagai pengantar.
Memang tidak aneh ketika banyak
mahasiswa yang menjawab dan mendefinisikan bahwa bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi, titik. Mungkin pada awal-awal pembelajaran, hal itu masih
dapat dimaklumi oleh para dosen, namun semakin menanjak semester saya, kami,
mahasiswa dikritisi habis-habisan tentang hal yang sangat sederhan yaitu bahasa
dan fungsi bahasa. Mengapa? Karena belum ada kemajuan berarti dalam fikiran
mahasiswa tentang hal yang seharusnya telah mereka kembangkan lebih jauh lagi.
Kemudian saya mencoba untuk
melihat-lihat ulang tentang hal tersebut, setelah membaca beberapa referensi,
barulah saya pahami apa maksud dari dosen linguistik saya tersebut.
Pertama, saya akan menggambarkan
tentang bahasa itu sendiri secara sederhana, karena pembahasannya akan ada
dalam tulisan lain. Bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem simbol
bunyi bermakna dan berartikulasi, yang bersifat arbitrer, konvensional dan
komunikatif.[i]
Kemudian, fokus utama dalam tulisan
ini adalah tentang fungsi bahasa itu sendiri yang akan dijelaskan “mungkin
secara sederhana pula” pada bagian selanjutnya.
B.
Fungsi Bahasa
Sebenarnya ada banyak pendapat linguis tentang fungsi bahasa dalam tradisi
linguistik. Karena banyak arti dalam bahasa itu sendiri pada penggunaannya
dalam manusia sehari-hari. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep maupun perasaan.
Pada abad pertangahan (500-1500 M)
studi bahasa kebanyakn dilakukan oleh para ahli logika ataupun ahli filsafat.
Mereka menitik-beratkan penyelidikan bahasa-bahasa pada satuan-satuan kalimat
yang dapat dianalisis sebagai alat untuk menyatakan preposisi benar atau salah.[ii]
Namun terdapat beberapa hal yang
perlu dipertanyakan kembali tentang pendekatan tersebut, apakah bentuk
ekspresi, kesenangan, pertanyaan juga merupakan dikotomi salah benar?
Dalam logika, kalimat yang memiliki
nilai benar atau salah hanyalah kalimat deklaratif saja, atau menggunakan
bahasa hanya untuk membuat pernyataan salah atau benar saja sesuai dengan
pikiran kita. Dalam berintraksi dan berkomunikasi, pikiran hanyalah satu bagian
dari sekian banyak informasi yang akan disampaikan.[iii]
Berbicara lebih lanjut tentang
fungsi bahasa, H. A. K. Halliday dalam bukunya Exploration Of The Function
Of Language menyebutkan terdapat tujuh fungsi bahasa sebagai berikut:[iv]
1.
Bahasa
memerankan fungsi instrumental, yang berarti bahwa bahasa itu merupakan penyebab
terjadinya suatu peristiwa. Fungsi ini
dapat terlihat jelas pada pemakaian bahasa ketika seseorang memerintah, baik
secara langsung maupun tidak.
2.
Bahasa
memerankan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan berbagai peristiwa. Fungsi
ini disebut dengan the regulatory function yang merupakan fungsi untuk
mengatur dan mengendalikan orang lain atau untuk menyetir orang lain. Bahasa
hukum yang memuat pasal-pasal beserta kandungannya merupakan contoh fungsi
bahasa yang berkaitan dengan the regulatory system.
3.
Bahasa
juga berfungsi untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta-fakta, pengetahuan,
menjelaskan atau menggambarkan realitas yang sebenarnya. Tugas ini disebut the
representational function.
4.
Bahasa
berfungsi sebagai the interactional function. Artinya, bahwa bahasa
bermanfaat untuk melanggengkan komunikasi atau hubungan antar sesama. Agar
komunikasi berjalan dengan lancar, maka diperlukan pengetahuan mengenai logat, bahasa,
jargon, lelucon, cerita rakyat, adat istiadat dan lain-lain.
5.
Bahasa
melakukan fungsi the personal function. Artinya, bahasa merupakan alat
untuk mengekspresikan dirinya, mengungkapkan sesuatu tentang dirinya dan
sekaligus tentang hal lain. Juga dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan
emosinya dan reaksi-reaksi lainnya.
6.
Bahasa
merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Artinya bahwa bahasa
memerankan fungsi the heuristic function. Fungsi ini sering terwujud
dalam bentuk pertanyaan yang memang membutuhkan jawaban seperti: mengapa,
bagaimana, dimana dan lain-lain.
7.
Dan
yang terakhir, bahasa berfungsi sebagai alat untuk berimajinasi yang juga
disebut dengan the imaginative function. Artinya bahwa bahasa mampu
menciptakan ide-ide yang non-faktawi seperti ketika mengisahkan cerita-cerita,
karya sastra dan lain sebagainya.
Selain Halliday, terdapat pula
linguis lain yang berpendapat tentang fungsi bahasa yaitu Jacobson (1960) yang
merupakan pionir aliran linguistik praha. Menurutnya, terdapat enam fungsi
bahasa yaitu: (1) fungsi eksresif atau emotif, (2) fungsi referensial, (3)
fungsi estetik atau puistik, (4) fungsi fatik, (5) fungsi metalingual dan (6)
fungsi direktif atau konatif. [v]
Kemudian searah dengan Jacobson, Karl
Buhler menjelaskan pula beberapa fungsi bahasa menurut pendapatnya terbagi
menjadi enam bagian sebagai berikut:[vi]
1.
Bahasa
berfungsi sebagai alat untuk berekspresi
Yaitu manusia dapat mengungkapkan dirinya lepas dari tujuannya.
Fungsi ini dapat dilihat pada bahasa-bahasa yang dipakai pengarang dalam
sastra, baik novel, cerpen, drama dan lain-lain.
Yang terpenting pada fungsi ini adalah ide dan gagasan dari
pengarang atau penulis. Selain itu fungsi ekspresif bahasa dapat dilihat pada
pernyataan otoritatif seperti pidato-pidato politik, dokumen-dokumen tokoh,
karya ilmiah dan lain-lain.
2.
Bahasa
berfungsi untuk memberikan informasi
Fungsi ini disebut juga dengan the informative function yang
sering kita temukan dalam buku-buku pelajaran, surat kabar, majalah dan lain sebaginya.
Fungsi ini bercirikan bahasa yang bersifat non-regional, non-idiolek, formal,
teknis dan netral.
3.
Bahasa
menjalankan fungsi vokatif
Fungsi ini disebut juga dengan fungsi konatif, fungsi instrumental,
fungsi operatif dan fungsi paragmatik. Fungsi vokatif dapat terlihat pada
pengumuman-pengumuman, petunjuk, publiksi, propaganda, tulisan-tulisan
persuasif dan lain sebagainya.
Yang terbersit dalam fungsi vokatif adalah bahasa merupakan
hubungan antara penulis dan pembacanya yang terwujud dalam hubungan gramatika yang
telah ditentukan secara sosial ataupun personal. Adapun cirinya adalah
bahasanya bersifat langsung dan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca atau
pendengarnya.
4.
Bahasa
menjalankan fungsi estetika
Fungsi ini berkaitan erat dengan rasa keindahan “sense of
beauty” yang mungkin terpancar lewat untaian bunyi pada puisi, lagu dan
sebagainya. Fungsi ini terwujud, selain dari yang disebutkan sebelumnya, juga
melalui ritme, keselarasan, kontras kalimat, klausa dan kata atau diksi.
Dalam
hal bunyi, misalnya aliterasi, anomatope, asonansi, rima, intonasi dan tekanan
nada, berperan sekali dalam melahirkan fungsi estetik.
5.
Bahasa
memiliki fungsi fatik
Fungsi fatik lebih diarahkan untuk memelihara hubungan yang akrab
dengan lawan bicara. Fungsi fatik biasanya hadir dalam frasa-frasa baku dalam
bahasa lisan seperti: apa kabar, selamat pagi, selamat berjuang dan
sebagainya. Adapun dalam bahasa tulis, sering kita temukan fungsi fatik dalam
ungkapan seperti: sudah barang tentu, tidak diragukan lagi dan lain
sebagainya.
6.
Bahasa
menjalankan fungsi metalingual
Fungsi ini lebih mengacu pada kemampuan bahasa dalam menjelaskan
atau menamakan dan juga mengomentari sifat-sifatnya sendiri. Dengan kata lain
bahwa bahasa bebicara tentang dirinya sendiri. Fungsi ini sering diwakili
dengan istilah gramatika seperti: menangis itu verba, kapur itu
nomina, bagus itu adjektiva dan lain-lain. Selain itu terdapat
ungkapan-ungkapan seperti: dalam pengertian luas, terkadang hal itu
dinamakan, sejujurnya, secara literal dan sebagainya.
Demikianlah rincian sederhana tentang fungsi
bahasa dari beberapa sumber dan referensi, semoga bermanfat dan hal tersebut
dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
[ii] Abdul Chaer
& Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik; Perkenalan Awal. Cet
kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 15.
[v] Ibid. Hal.
31.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar