Rabu, 06 Maret 2013

FUNGSI BAHASA


A.    Pendahuluan
Awal-awal masa kuliah, terutama bidang linguistik yang saya ambil, saya disuguhkan dengan pertanyaan menarik tentang bahasa. Dalam kelas, para mahasiswa diberikan pertanyaan-pertanyaan pembuka tentang apa itu bahasa? Hakikatnya? Fungsinya? dan lain sebagainya sebagai pengantar.
Memang tidak aneh ketika banyak mahasiswa yang menjawab dan mendefinisikan bahwa bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, titik. Mungkin pada awal-awal pembelajaran, hal itu masih dapat dimaklumi oleh para dosen, namun semakin menanjak semester saya, kami, mahasiswa dikritisi habis-habisan tentang hal yang sangat sederhan yaitu bahasa dan fungsi bahasa. Mengapa? Karena belum ada kemajuan berarti dalam fikiran mahasiswa tentang hal yang seharusnya telah mereka kembangkan lebih jauh lagi.
Kemudian saya mencoba untuk melihat-lihat ulang tentang hal tersebut, setelah membaca beberapa referensi, barulah saya pahami apa maksud dari dosen linguistik saya tersebut.
Pertama, saya akan menggambarkan tentang bahasa itu sendiri secara sederhana, karena pembahasannya akan ada dalam tulisan lain. Bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi, yang bersifat arbitrer, konvensional dan komunikatif.[i]
Kemudian, fokus utama dalam tulisan ini adalah tentang fungsi bahasa itu sendiri yang akan dijelaskan “mungkin secara sederhana pula” pada bagian selanjutnya.
B.     Fungsi Bahasa
Sebenarnya ada banyak pendapat linguis tentang fungsi bahasa dalam tradisi linguistik. Karena banyak arti dalam bahasa itu sendiri pada penggunaannya dalam manusia sehari-hari. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep maupun perasaan.
Pada abad pertangahan (500-1500 M) studi bahasa kebanyakn dilakukan oleh para ahli logika ataupun ahli filsafat. Mereka menitik-beratkan penyelidikan bahasa-bahasa pada satuan-satuan kalimat yang dapat dianalisis sebagai alat untuk menyatakan preposisi benar atau salah.[ii]
Namun terdapat beberapa hal yang perlu dipertanyakan kembali tentang pendekatan tersebut, apakah bentuk ekspresi, kesenangan, pertanyaan juga merupakan dikotomi salah benar?
Dalam logika, kalimat yang memiliki nilai benar atau salah hanyalah kalimat deklaratif saja, atau menggunakan bahasa hanya untuk membuat pernyataan salah atau benar saja sesuai dengan pikiran kita. Dalam berintraksi dan berkomunikasi, pikiran hanyalah satu bagian dari sekian banyak informasi yang akan disampaikan.[iii]
Berbicara lebih lanjut tentang fungsi bahasa, H. A. K. Halliday dalam bukunya Exploration Of The Function Of Language menyebutkan terdapat tujuh fungsi bahasa sebagai berikut:[iv]
1.      Bahasa memerankan fungsi instrumental, yang berarti bahwa bahasa itu merupakan penyebab terjadinya suatu  peristiwa. Fungsi ini dapat terlihat jelas pada pemakaian bahasa ketika seseorang memerintah, baik secara langsung maupun tidak.
2.      Bahasa memerankan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan berbagai peristiwa. Fungsi ini disebut dengan the regulatory function yang merupakan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan orang lain atau untuk menyetir orang lain. Bahasa hukum yang memuat pasal-pasal beserta kandungannya merupakan contoh fungsi bahasa yang berkaitan dengan the regulatory system.
3.      Bahasa juga berfungsi untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta-fakta, pengetahuan, menjelaskan atau menggambarkan realitas yang sebenarnya. Tugas ini disebut the representational function.
4.      Bahasa berfungsi sebagai the interactional function. Artinya, bahwa bahasa bermanfaat untuk melanggengkan komunikasi atau hubungan antar sesama. Agar komunikasi berjalan dengan lancar, maka diperlukan pengetahuan mengenai logat, bahasa, jargon, lelucon, cerita rakyat, adat istiadat dan lain-lain.
5.      Bahasa melakukan fungsi the personal function. Artinya, bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan dirinya, mengungkapkan sesuatu tentang dirinya dan sekaligus tentang hal lain. Juga dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan emosinya dan reaksi-reaksi lainnya.
6.      Bahasa merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Artinya bahwa bahasa memerankan fungsi the heuristic function. Fungsi ini sering terwujud dalam bentuk pertanyaan yang memang membutuhkan jawaban seperti: mengapa, bagaimana, dimana dan lain-lain.
7.      Dan yang terakhir, bahasa berfungsi sebagai alat untuk berimajinasi yang juga disebut dengan the imaginative function. Artinya bahwa bahasa mampu menciptakan ide-ide yang non-faktawi seperti ketika mengisahkan cerita-cerita, karya sastra dan lain sebagainya.

Selain Halliday, terdapat pula linguis lain yang berpendapat tentang fungsi bahasa yaitu Jacobson (1960) yang merupakan pionir aliran linguistik praha. Menurutnya, terdapat enam fungsi bahasa yaitu: (1) fungsi eksresif atau emotif, (2) fungsi referensial, (3) fungsi estetik atau puistik, (4) fungsi fatik, (5) fungsi metalingual dan (6) fungsi direktif atau konatif. [v]
Kemudian searah dengan Jacobson, Karl Buhler menjelaskan pula beberapa fungsi bahasa menurut pendapatnya terbagi menjadi enam bagian sebagai berikut:[vi]
1.      Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berekspresi
Yaitu manusia dapat mengungkapkan dirinya lepas dari tujuannya. Fungsi ini dapat dilihat pada bahasa-bahasa yang dipakai pengarang dalam sastra, baik novel, cerpen, drama dan lain-lain.
Yang terpenting pada fungsi ini adalah ide dan gagasan dari pengarang atau penulis. Selain itu fungsi ekspresif bahasa dapat dilihat pada pernyataan otoritatif seperti pidato-pidato politik, dokumen-dokumen tokoh, karya ilmiah dan lain-lain.
2.      Bahasa berfungsi untuk memberikan informasi
Fungsi ini disebut juga dengan the informative function yang sering kita temukan dalam buku-buku pelajaran, surat kabar, majalah dan lain sebaginya. Fungsi ini bercirikan bahasa yang bersifat non-regional, non-idiolek, formal, teknis dan netral.  
3.      Bahasa menjalankan fungsi vokatif
Fungsi ini disebut juga dengan fungsi konatif, fungsi instrumental, fungsi operatif dan fungsi paragmatik. Fungsi vokatif dapat terlihat pada pengumuman-pengumuman, petunjuk, publiksi, propaganda, tulisan-tulisan persuasif dan lain sebagainya.
Yang terbersit dalam fungsi vokatif adalah bahasa merupakan hubungan antara penulis dan pembacanya  yang terwujud dalam hubungan gramatika yang telah ditentukan secara sosial ataupun personal. Adapun cirinya adalah bahasanya bersifat langsung dan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca atau pendengarnya.
4.      Bahasa menjalankan fungsi estetika
Fungsi ini berkaitan erat dengan rasa keindahan “sense of beauty” yang mungkin terpancar lewat untaian bunyi pada puisi, lagu dan sebagainya. Fungsi ini terwujud, selain dari yang disebutkan sebelumnya, juga melalui ritme, keselarasan, kontras kalimat, klausa dan kata atau diksi.
Dalam hal bunyi, misalnya aliterasi, anomatope, asonansi, rima, intonasi dan tekanan nada, berperan sekali dalam melahirkan fungsi estetik.
5.      Bahasa memiliki fungsi fatik
Fungsi fatik lebih diarahkan untuk memelihara hubungan yang akrab dengan lawan bicara. Fungsi fatik biasanya hadir dalam frasa-frasa baku dalam bahasa lisan seperti: apa kabar, selamat pagi, selamat berjuang dan sebagainya. Adapun dalam bahasa tulis, sering kita temukan fungsi fatik dalam ungkapan seperti: sudah barang tentu, tidak diragukan lagi dan lain sebagainya.
6.      Bahasa menjalankan fungsi metalingual
Fungsi ini lebih mengacu pada kemampuan bahasa dalam menjelaskan atau menamakan dan juga mengomentari sifat-sifatnya sendiri. Dengan kata lain bahwa bahasa bebicara tentang dirinya sendiri. Fungsi ini sering diwakili dengan istilah gramatika seperti: menangis itu verba, kapur itu nomina, bagus itu adjektiva dan lain-lain. Selain itu terdapat ungkapan-ungkapan seperti: dalam pengertian luas, terkadang hal itu dinamakan, sejujurnya, secara literal dan sebagainya.

Demikianlah rincian sederhana tentang fungsi bahasa dari beberapa sumber dan referensi, semoga bermanfat dan hal tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. 


[i] Muhammad. 2004. Belajar Mikro Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press. Hal. 31.
[ii] Abdul Chaer & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik; Perkenalan Awal. Cet kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 15.
[iii] Ibid. Hal. 15.
[iv] Muhammad. 2004. Belajar Mikro Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press. Hal. 31.

[v] Ibid. Hal. 31.
[vi] Ibid. Hal. 33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar