Kamis, 11 Oktober 2012

Life isn't a movie


Memang benar yang dikatakan orang bijak, sesekali anda harus menyendiri untuk dapat berfikir lebih jernih dan berinstropeksi dalam kenyataan hidup anda.
Ketika menonton sebuah film, anda akan melihat berbagai macam cerita dan kenyataan yang kebanyakan sesuai dengan apa yang anda harapkan, yaitu happy ending. Mengapa? Karena memang itulah sebuah film, yaitu suatu kisah yang telah disetting sedemikian rupa yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka dalam dunia imajinasi untuk waktu tertentu dan akhirnya, end (selesai).
Sesulit apapun peran yang dimainkan oleh tokoh utama, maka ia akan selalu mendapatkan bantuan dari hal-hal yang kadang tak dapat dicerna oleh fikiran kita yang akan menghasilkan alur cerita yang mungkin sedikit dapat anda tebak sendiri. Itulah yang terjadi dalam kebanyakan film yang sering kita tonton sehari-hari.
Akan tetapi, sering kali hal-hal yang terekam dari film-film yang telah kita lihat, menjadi mind set tersendiri bahkan menyatu dalam tubuh yang akan selalu kita ikuti dan kita yakini akan alurnya didalam dunia nyata, maka, tidak jarang pula memunculkan sifat “pasrah” tiada akhir yang menegasikan usaha atau kerja keras dalam hidup.
Life Isn’t a Movie, ketika anda mengharapkan sesuatu langsung terjadi secara tiba-tiba, maka itu adalah hal yang mustahil terjadi tanpa ada usaha dan kerja keras terlebih dahulu, ketika anda membutuhkan uang untuk membayar sesuatu, maka akan ada harta karun yang muncul didepan pintu rumah anda, ketika anda ingin lulus sekolah atau kuliah, maka nilai raport anda akan menjadi baik semuanya, lalu keluar ijazah yang bertuliskan LULUS atau tugas akhir anda akan langsung ada dan telah selesai dikerjakan, itupun sangat-sangat mustahil.
Ya, karena Life Isn’t a Movie, hidup ini bukanlah buaian atau cerita indah seperti yang terdapat di dalam film-film. Ini adalah dunia nyata dimana anda harus berbuat, bergerak dan melakukan sesuatu. Didalamnya terdapat proses-proses yang akhirnya akan membantu anda untuk menjalani hidup sesuai dengan “hidup seperti apa?” yang anda inginkan, dan tentunya, tidak semua perjalanan yang anda jalani akan berjalan sempurna dan sesuai rencana.
Meskipun demikian, anda akan belajar banyak hal dan akan melihat hasil yang telah diraih dan utamanya adalah proses untuk mencapai hal yang anda inginkan dan anda cita-citakan.
Anda tidak akan menjadi orang besar tanpa berproses, anda akan menjadi budak bagi diri anda sendiri ketika anda tidak berusaha dan berbuat sesuatu. So, inilah waktu yang tepat bagi anda untuk merenung sejenak, lalu bangkit dan langkahkan kaki anda dengan bangga.

Rabu, 08 Agustus 2012

Kata dan Klasifikasinya


A.    Pendahuluan
Sebagai alat komunikasi atau interaksi antar manusia, bahasa memiliki satuan-satuan yang digunakan untuk mengungkapkan, menyampaikan ataupun menuliskan sesuatu. Dalam bahasa, terdapat urutan dari satuan-satuan yang dimiliki bahasa, mulai darii yang terkecil hingga terbesar  yaitu: kata, frase, klausa, kalimat, paragraf dan wacana.[1]
Seperti yang telah kita lihat pada paparan diatas, bahwa "kata" merupakan bentuk terkecil dari satuan bahasa. meskipun bentuk terkecil, tapi ia adalah bentuk terdasar dalam landasan bahasa dan tentu saja dalam komunikasi dan interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Hakikat Kata
Istilah kata sering kita dengar dan kita gunakan. Maka barangkali kata “kata” ini hampir setiap hari dan setiap saat selalu kita gunakan dalam segala kesempatan dan segala keperluan.[2] Pendefinisian kata sebenarnya tidaklah semudah penggunaannya, Kamal Basyar dalam bukunya Daur al-Kalimah fi al-Lughah menyebutkan bahwa pendefinisian merupakan hal yang cukup sulit dan juga  "kata" itu tidak hanya memiliki satu term definisi yang tetap, akan tetapi terdiri dari berbagai macam definisi.
Keraf (2010) menyebutkan bahwa tidak ada suatu batasan tertentu mengenai “kata” yang sahih bagi semua bahasa di dunia. Dalam mendeskripsikan banyak bahasa di dunia, diperlakukan sebuah unit yang disebut dengan “kata”, namun bagi sebagian pengertian kata dibatasi secara fonologis, sedangkan bagi bahasa yang lain dibatasi secara morfologis.
Berikut beberapa definisi kata oleh para ahli:
1.      Tata bahasawan tradisional memberikan pengertian “kata” berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka “kata” adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti.
2.      Kridalaksana (2008) mendefinisikan “kata” sebagai (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2) kata merupakan satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (mis. batu , rumah, datang dan sebagainya) atau gabungan morfem (mis. pejuang, menngikuti, pancasila dan sebagainya), (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis.
3.      Keraf (2010) menyebutkan bahwa “kata” merupakan suatu unit dalam bahasa yang memilki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis maupun morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas (contoh distribusi yang bebas dalam kalimat “saya memukul anjing itu; anjing itu kupukul; kupukul anjing itu”).
4.      Bloemfield (melalui Chaer:2007) menyebutkan bahwa “kata” adalah satuan bebas terkecil “a minimal free form”.
5.      Dalam situs Wikipedia Indonesia, “kata” dijelaskan sebagai suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa atau kalimat.
6.      Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa “kata” adalah (1) elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan ataudituliskan dan merupakan realisasi kesatuan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, (2) konversasi atau bahasa, (3) morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (4) unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (mis. kata) atau beberapa morfem gabungan (mis. perkataan).
Demikianlah beberapa pendefinisian “kata” oleh para ahli yang mungkin masih banyak lagi definisi lainnya yang belum ditulis dalam tulisan ini. Namun, yang jelas, “kata” adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil yang secara inhern memilki sebuah makna. [3]
C.    Kelas Kata
Kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar yang berdasarkan pola-pola kalimat baku, penutur harus  mengenal jenis dan fungsi kelas kata.
C.1. Fungsi Kelas Kata
Adapun fungsi dari kelas kata adalah sebagai berikut:
1.      Melambangkan gagasan pikiran dari yang abstrak menjadi konkret.
2.      Membentuk macam struktur kalimat.
3.      Memperjelas makna gagasan kalimat.
4.      Membentuk satuan makna frase, klausa atau kalimat.
5.      Membentuk gaya pengungkapan  yang jelas sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
6.      Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi seperti: berita, perintah, penjelasan dan lain sebagainya
7.      Mengungkapkan berbagai sikap seperti: ajakan , penolakan dan sebagainya.

D.    Klasifikasi Kata
Istilah lain yang biasa dipakai untuk klasifikasi kata adalah penggolongan kata atau penjenisan kata. Dalam peristilahan bahasa Inggris disebut juga dengan part of speech.[4]

D.1. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi bentuk kata, pengklasifikasiannya terbagi menjadi empat bagian, yaitu (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) kata ulang dan (4) kata majemuk. Berikut penjelasannya:
1.      Kata Dasar
Kata dasa adalah kata asli yang belum diberi imbuhan atau yang belum diberikan awalan, akhiran, sisipan dan penggabungan awalan dan akhiran. Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan.
2.      Kata Turunan
Kata turunan adalah kata yang telah mengalami penambahan atau pengimbuhan. Penambahan atau pengimbuhan disebut juga dengan afiks yang  terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
a)      Imbuhan di awal kata (Prefiks atau awalan)
b)      Imbuhan di tengah kata (Infiks atau sisipan)
c)      Imbuhan di akhir kata (Sufiks atau akhiran)
3.      Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk, baik seluruh kata maupun sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis dengan memakai tanda penghubung (-). Contoh: lauk-pauk, anak-anak, gerak-gerik.

Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a)      Ulangan seluruh kata dasar.
Contoh: anak-anak, buku-buku, ibu-ibu
b)      Ulangan kata dengan memberi imbuhan.
Contoh: berjalan-jalan, dibesar-besarkan, bermanja-manja
c)      Ulangan seluruh kata, namun terjadi perubahan suara pada kata yang kedua.
Contoh: gerak-gerik, huru-hara, compang-camping
d)     Ulangan seluruh kata yang dinamakan kata asal.
Contoh: kunang-kunang, mata-mata, anai-anai
4.      Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda yang membentuk suatu arti baru. Contoh: duta besar, rumah makan, rumah sakit.

D.2. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata (Jenis Kata)
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh bagian yaitu:
1.      Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek.
Suatu kata dapat dikategorikan dalam kelas kata nomina apabila memenuhi persyaratan berikut:
a)      Dapat dikikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh :
Sepeda            : sepeda yang bagus/sepeda yang sangat bagus.
Pemandangan  : pemandangan yang indah/ yang sangat indah.
Pemuda           : pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah.
b)      Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an. Contoh: Permainan, pertunjukan, kesehatan.
c)      Dapat diingkari dengan kata bukan. Contoh: Saya (bukan saya), roti (bukan roti), gubuk (bukan gubuk).
2.      Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat dikategorikan sebagai kelas kata kerja verba apabila memenuhi persyaratan berikut:
a)      Dapat diikuti oleh gabungan kata(frasa) dengan+kata sifat. Contoh:
Pergi    : pergi dengan gembira.
Tidur   : tidur dengan nyenyak.
Jalan    : jalan dengan santai.
b)      Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang dan telah. Contoh:
Akan mandi, sedang tidur, telah pergi dan sebagainya.
c)      Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh:
Tidak makan, tidak pergi dan sebagainya.
d)     Berawalan me- dan ber-. Contoh :
Melihat, melatih, bepikir, berusaha dan sebagainya.
3.      Kata sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu. Contoh: keadaan orang, binatang dan benda. Kata difat juga berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat dikategorikan sebagai kelas kata adjektiva apabila memenuhi persyaratan berikut:
a)      Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali. Contoh:
Indah   : sangat indah/indah sekali.
Baik     : sangat baik/baik sekali.
Tinggi  : sangat tinggi/tinggi sekali.
b)      Dapat diberi awalan se- dan ter-. Contoh:
Luas    : seluas/terluas.
Mudah : semudah/termudah.
Buruk  : seburuk/terburuk.
c)      Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh:
Murah  : tidak murah.
Sulit     : tidak sulit.
Pahit    : tidak pahit.
4.      Kata keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia:
a)      Adverbia dasar bebas, contoh: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
b)      Adverbia turunan. Adverbia ini terbagi menjadi tiga bagian berikut:
I.       Adverbia reduplikasi, contoh: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
II.    Adverbia gabungan, contoh: belum boleh, belum pernah atau tidak mungkin.
III. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, contoh: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnhya.
5.      Kata ganti (Pronomina)
Kata ganti adalah kata yang digunakan untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mangganti kata benda atau nomina. Adapun jenis-jenis kata ganti adalah sebagai berikut:
a)      Kata ganti orang. Terbagi menjadi tiga bagian, dapat berbentuk tunggal maupun jamak, yaitu:
I.       Kata ganti orang pertama: saya, aku, kami, kita.
II.    Kata ganti orang kedua: engkau, kamu, kalian.
III. Kata ganti orang ketiga: dia, beliau, mereka.
b)      Kata ganti pemilik       : -ku, mu, -nya.
c)      Kata ganti penunjuk    : ini, itu.
Contoh: Kami sangat berharap kepada kalian.
6.      Kata bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang digunakan untuk menghitung banyaknya orang, binatang atau benda. Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapt peringkat pertama dikelasnya.
Bapak bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
7.      Kata tugas
Kata tugas adalah sejenis kategori kata dalam tatabahasa formal bahasa Indoneisa yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok yaitu: kata depan, kata sambung, kata sandang, kata seru dan partikel.
a)      Kata depan (Preposisi)
Kada depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat. Preposisi dapat berbentuk kata, contohnya kata di dan untuk, atau gabungan kata, cohtohnya bersama atau sampai dengan.
Preposisi terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
I.       Preposisi yang menandai tempat                     : di, ke, dari.
II.    Preposisi yang menandai maksud dan tujuan : untuk, guna.
III. Preposisi yang menandai waktu              : hingga, hampir.
IV. Preposisi yang menandai sebab                       : demi, atas.
b)      Kata sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa; kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa dan seterusnya.
Kata sambung terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
I.       Konjungsi berkoordinasi: kata penghubung yang menghubungkan dua kata, klausa, frasa atau kalimat yang memiliki bentuk sintaksis yang sama atau sederajat. Contoh: dan, dengan, serta, atau dan lain-lain.
II.    Konjungsi subordinat: sebagai kata penghubung yang menghubungkan dua kata dan seterusnya yang tidak sederajat. Contoh: sebab, jika, bila dan lain-lain.
c)      Kata sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Contoh:
Sang guru              : sang bermakna tunggal.
Para pemimpin     : para bermakna jamak.
Si cantik                : si bermakna netral
d)     Kata seru (interjeksi)
Kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan dan maksud seseorang, misalnya ah atau aduh,  atau melambangkan tiruan bunyi, seperti meong. Contoh lainnya adalah:
Ayo, jangan putus asa.
Wah, mahal sekali.
e)      Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita). Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek dan –pun.



Daftar Pustaka

Al-Khuli, Muhammad ‘Ali. 1982. A Dictionary of Theoritical Linguistics. Lebanon : Lebraire Du Liban.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Irman, Mochammad, dkk. 2008. Bahasa Indonesia 2. PDF. sJakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS. Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/82746328/12/B-Klasi%EF%AC%81kasi-Kata-Berdasarkan-Bentuk-Kata. 08-08-2012. Pukul: 12.30. WIB.

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa.  Cet. Keduapuluh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://www.anneahira.com/kata.htm. Diakses pada: 07-08-2012. pukul: 14.15. WIB.
http://bacpjj.unismuh.ac.id/new/?p=56. Diakses pada: 07-08-2012. pukul: 14.17. WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata. Diakses pada: 07-08-2012. pukul: 14.00. WIB.


[1] Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah. 2011. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 16.
[2] Abdul Chaer, Linguistik Umum. 2007. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 162.
[3] Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 16.
[4] Abdul Chaer, Linguistik Umum. 2007. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.166.