Sore,
aku terduduk di sudut jalan gang, disamping lapangan bola voli,
dikampung tempat dimana aku tinggal untuk saat ini. Angin semilir
menyapa, menyejukkan suasana, semakin bersahabat inginnya, kurasa.
Lalu-lalang motor dari berbagai rupa
melewati wajahku, meneriakkan mesin-mesin yang mengarah pada
kelelahan pengendaranya. Ya, wajah lelah dapat terlihat dari sudut
mata mereka, dari gerak yang sudah tak nyaman diatas kendaraan besi
tersebut.
Anak-anak kecil kulihat sedang
bermain gembira dilapangan, menghabiskan hari dibawah matahari senja
yang teduh. Senang aku melihatnya, tertawa riang, bernyanyi dan
berlari-lari. Entah apa yang dimainkan, dinyanyikan, tak kuperhatikan
terlalu jauh.
Anak-anak muda sebagian ada yang
masih nongkrong
dipinggir jalan gang, sebagian lagi berolah raga kecil-kecilan
dilapangan yang dapat dibilang cukup luas. Badminton sedang
meraja-lela akhir-akhir ini dikalangan pemuda kampung, santai, meriah
dan cukup energik
untuk mengeluarkan kalori dari dalam tubuh.
Aku berpikir kampung ini memang tidak
terlalu besar, tapi setidaknya ada fasilitas yang dapat mendukung
kegiatan warganya. Yang ringan-ringan saja menurutku, lapangan
contohnya.
Ya, tempat bekumpul seperti lapangan
kurasa menjadi salah satu fasilitas yang dipandang perlu untuk setiap
kampung atau desa, karena ia dapat difungsikan menjadi wahana untuk
berbagai macam kegiatan masyarakat sekitar.
Dan lapangan yang sedang ku
tongkrongi
dibelakangku ini, telah memberikan banyak kontribusi bagi
masyarakatnya, tempat anak-anak bermain, tempat berolahraga, tempat
mengadakan acara-acara kampung, acara tahunan, bahkan untuk
ibadah-pun dapat dilakukan seperti salat ‘Ied.
Komunikasi masyarakat-pun aku rasa
dapat bejalan dengan baik dengan adanya fasilitas atau tempat yang
mendukung, tak perlu lagi jauh-jauh untuk mengadakan suatu acara, toh
ditempat sendiri sudah tersedia.
Anak-anak-pun tak perlu lagi bermain
jauh keluar kampung, lapangan telah menjadi tempat yang baik untuk
mereka bermain, dan begitu pula bagi kalangan muda dan seterusnya.
Namun hal ini tidak dapat dilihat
di berbagai kota-kota besar, tidak semua masyarakat kampung atau
daerah yang terletak di kota besar dapat menikmati lapangan yang
dapat mereka gunakan untuk hal-hal yang demikian. Sedikit-banyak
tempat tersebut telah beralih fungsi dari ruang publik menjadi
tempat-tempat usaha pribadi atau perumahan-perumahan umum yang
semuanya berbasis materi.
Tidak dapat disalahkan memang, ketika
seseorang atau suatu badan membangun tempat yang ber-orientasikan
bisnis. Tapi, kebutuhan akan ruang publik merupakan keperluan yang
harus juga dipikir dan ditimbang oleh setiap anggota masyarakat yang
ada, sejak dari pimpinan tertinggi seperti Presiden dengan
kepanjangan tangannya dibawah kendali dinas Pekerjaan Umum,
pejabat-pejabat propinsi hingga tingkat RT/RW setempat.
Karena ruang publik dapat digunakan
untuk berbagai fungsi yang dapat menunjang kegiatan masyarakat setempat dan
juga sebagai pengikat persatuan warga dengan hal sederhana seperti
berkumpul atau berpapasan ditempat tersebut.
Persoalan ini bukanlah persoalan
kecil, dilihat dari berbagai berita di media masa, ruang publik di
daerah Ibu Kota saja contohnya, sangatlah sedikit, dan itu dikeluhkan
oleh masyarakat dari berbagai kalangan, dan alangkah baiknya jika
masyarakat dari semua lapisan dan di berbagai daerah-pun belajar untuk selalu melestarikan
ruang publik yang ada untuk kepentingan bersama.
Sayup-sayup kudengar tawa dari
anak-anak yang masih bermain dipinggir lapangan, terdengar ceria.
“Alangkah indahnya” gumamku.
“Dan jika kita semua dapat
melestarikan senyuman itu akan lebih indah lagi” aku menambahi.
“Untuk masa yang panjang, untuk
anak-anak negeri yang sudah sulit keluar rumah dan tak lagi bergaul
dengan sebaya, tapi bergaul dengan Game
dalam sebongkah
box”
“Untuk mereka selalu bekumpul,
bersosialisasi dan untuk mereka kenang dimasa muda dan masa
selanjutnya”, Aaamin.
Matahari tetap teduh, seorang teman
yang sedang berolah-raga memanggilku, aku-pun menghampiri, memasuki
lapangan dan kuambil sebuah raket badminton yang sudah disediakan.
Let’s Play...!!!
Pinggiran Jogja, 21 Maret 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar